Tampilkan postingan dengan label manisnya cinta persahabatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label manisnya cinta persahabatan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 29 Januari 2012

lanjutan 2 :)

“Siapa?!” tanyaku tak percaya
“Nabil. Nabil Fauzan. Kalau enggak salah dia sekolah di SMA N 2 BANDUNG, soalnya tadi pake seragam identitas sekolahnya. Lo kenal?!  Ih salamin ya.”

Seluruh rasa antusias itu seakan luruh. Semangatku untuk mendengar cerita Alya hilang begitu saja. Kebahagiaan yang tadi sempat mengisi lerung hatiku tercabut scara paksa. Meskipun begitu aku tidak ingin mengecewakan Alya. Aku tetap mendengarkan cerita tentang pertemuannya dengan Nabil. Tak tega rasanya membuat kecewa, ia begitu semangat, begitu bahagia. Aku benar benar bingung sekarang. Aku harus bagaimana? Alya ternyata mencintai Nabil, pacarku sendiri. Ini bukan salahnya, karena dia tak pernah mengetahui bahwa aku dan Nabil sebenarnya pacaran. Ini kesalahanku karena tidak pernah cerita sama Alya. Tapi aku juga tidak tega menghancurkan perasaannya. Cinta pertamanya !

***
   

Malam setelah belajar aku sms Nabil, menanyakan jadwal kegiatan besok disekolahnya. Baguslah kalau besok gak ada jam tambahan ataupun ekstra, aku kan mau bilang sesuatu sama dia. Paginya aku berangkat sekolah dengan Nabil, dengan perasaan bingung menghanyutkanku dalam kegembiraan dan sedikit senyuman untuknya.

“Nabil, hari ini kamu gak ada ekskul kan?”

“enggak ada. Emangnya kenapa?”

“Aku ingin ke kebun teh. kamu mau menemaniku?”

“untuk kamu apa sih yang enggak!”

“baiklah, nanti sehabis sekolah ya?”

“okelah”


Setelah bel pulang berbunyi aku bergegas keluar kelas tanpa menyapa teman-temanku. Nabil sudah menunggu di depan sekolahku, kita pun berangkat. Semilir angin menerpa wajahku, yang terduduk dihamparan pepohonan. Rambut ikal bergelombang mengikuti arah angin berhembus, aku terdiam dan merenung dibawah pohon besar.  Nabil duduk disamping kananku, kedua kakinya diluruskan. Tangannya memainkan butir-butir tanah yang ada disamping kanan dan kirinya. Selama beberapa saat kami terdiam. Hanya terdengar suara klibatan daun yang digerakkan oleh angin. Sabrina, sebenarnya apa yang ingin kamu katakan? Tanya Nabil. Ia seakan merasakan ada sesuatu yang kusembunyikan. Aku bangkit kemudian berseru, Nabil aku ingin bermain dengan burung itu. Aku mengalihkan pembicaraan. Nabil kemudian menggenggam dengan lembut tanganku. Aku menatapnya, mataku dan matanya saling beradu. Ada kepedihan di hatiku. Kemudian aku melepas genggaman Nabil. Dengan santai aku melangkah mendekati burung-burung yang terbang itu. Nabil menyejajarkan langkahnya dengan langkahku. Aku menghentikan langkahku saat ranting pohon terjatuh tepat dihadapanku. Nabil masih berada di sampingku.

“sayang, kamu kenapa? Pasti ada sesuatu hal yang ingin kamu kaakan padaku.”Tanya nabil penasaran.
“Nabil, kita adu lari yuk. Sampai batu besar dekat sungai itu ya,” untuk kedua kalinya aku mengalihkan pembicaraan.
“Oke. Tapi kalau kamu kalah, kamu harus mengatakan yang sejujurnya. Apa yang sebenarnya kamu sembunyikan.”

Setelah aku merasa letih, aku kemudian berhenti dan berbalik. Ternyata aku sudah jauh meninggalkan Nabil yang memang tidak ikut berlari. Masih dengan nafas tersengal-sengal, aku kembali berlari kearah Nabil. Aku merasakan beban dihatiku kini sedikit berkurang. Kamu curang ah bil, seruku masih dengan tersengal-sengal. Kamu larinya semangat banget sih. Jadi aku enggak bisa menyusul deh, jawab Nabil sekenaknya. Aku kemudian terdiam. Pandanganku kembali terfokus, namun kini sebuah senyuman mengembang dari bibirku. Perasaanku lebih tenang.

“Sayang, sebenarnya ada apa sih??”. Tanya Nabil masih penasaran.
“Aku hanya ingin menghabiskan waktu denganmu. Hanya bersamamu, hari ini,”jawabku dengan pandagan terfokuskan.

Nabil kemudian tersenyum, sambil berkata,”Aku pikir kamu mau cerita sesuatu. Karena kamu selalu mengajak aku ke kebun the kalau mau cerita sesuatu.”

“Masa sih?”
“Bukannya  iya?”

Kami pun bercanda dan tertawa. Menghabiskan hari ini bersama. Berdua dikebun teh. Kami bercanda dan tertawa, hingga senja berada di ufuk barat. Aku mengatakan, “Nabil, aku sudah memutuskan bahwa aku enggak bisa melanjutkan hubungan kita. Aku enggak bisa pacaran sama kamu. Ada seseorang yang lebih pantas untukmu.”
“Maksud kamu apa?!”

Aku kemudian menarik nafas dalam dan panjang. Menghembuskannya perlahan, aku berusaha tersenyum meskipun hatiku terluka. Sama seperti yang Nabil rasakan saat ini. “Aku sudah terlalu sering menyakitimu. Aku tidak berhak mendapatkan cintamu. Kamu berhak mendapatkan wanita lain yan lebih baik dariku, dia adalah Alya.”ucapku putus asa. Alya itu sahabat kecilku yang sekarang pindah di sini, ia menyukaimu saat bertemu ditaman. Kamu inget kan waktu itu kamu senyum dengannya?
“Alya? Sahabat kecilmu? Sabrina, cinta itu bukan bola yang bisa kamu oper sesuka hatimu, sekalipun kepada sahabat kecilmu!” Nabil marah besar.
Hatiku semakin terluka, aku menyadari bahwa cinta memang bukanlah sebuah bola. Tapi demi kebahagiaan Alya, aku berharap cintamu seperti halnya sebuah bola. Sehingga cinta itu dapat dioper kepada Alya, dan membuatnya bahagia. “Terserah apa katamu!”, aku hanya mencintai seorang gadis yaitu kamu. Kamu yang membuat hati ini bahagia, yang membuat hari ku selalu tersenyum. Apa segampang itu aku melepasmu???? TIDAK, jawab Nabil penuh emosi.

Kemudian kami pulang kerumah.
Malamnya Alya belajar dirumahku, dia merasa bingung melihatku sedih, dia juga mencoba menghiburku dengan kabar gembiranya soal sekolah barunya, dia diperbolehkan papanya. Tapi hanya senyuman kecil yang aku lontarkan kepadanya. Alya merasa bersalah, dia mencari tahu penyebab semua yang terjadi. Tanpa disengaja ia menemukan foto Nabil dan buku harianku di bawah bantal, dia pun berfikir panjang diatas kasurku sambil memegang foto Nabil dan membaca sedikit buku harianku. Saat itu aku lagi ke dapur membuat minum untuk Alya, Tetapi setelah aku kembali kekamar Alya sudah pergi. Paginya aku meghampiri Alya untuk berangkat sekolah bersama.

penjaga rumahnya berkata, “Mencari non Alya nak? Tadi pagi sekali ia dan Papanya pindah rumah di Jakarta bersama mama barunya.” 

Hloo kok tidak bilang-bilang ya pak? jawabku heran.

“Emang pindahnya dadakan nak , baru tadi malam yang beres-beres untuk pindah dan non Alya juga tidak mengetahui rencana papanya untuk menikah dengan pacarnya itu.” Penjelasan dari penjaga rumah Alya.

Aku bengong menatap penjaga rumah Alya

“Oh iya nak, tadi non Alya menitipkan surat kepada bapak untuk diserahkan kepada nak Sabrina” sambil di serahkannya surat itu kepada ku.

“terimakasih ya pak? Aku berangkat sekolah dulu.” Jawabku tersenyum, sedikit kecewa.
“iya, hati hati nak”



Akupun tiba disekolah dan dengan tenang duduk dibawah pohon beringin depan kelasku, segera aku membuka surat dan membacanya.

Dear My close friend Sabrina

Aku kirimkan surat ini sebagai permohonan maafku kepada mu
Sungguh aku tak mengetahui yang sebenarnya terjadi
Tapi, sekarang aku mengetahui semua
Ini semua bukan salahmu melainkan aku tak mengetahui yang sebenarnya
Katakan pada Nabil kalau kamu masih cinta padanya
Dan sampaikan maafku padanya karena membuat kau dan dia terluka
Aku minta maaf sepenuh hati
Malam itu sebelum aku pergi ke Jakarta, tidak sengaja
Aku menemukan foto Nabil dibawah bantalmu
Aku juga tidak sengaja membaca buku harian mu
Sahabat…
Kau selalu ada untuk ku
Terimakasih atas kasih dan sayangmu selama ini
Samapi kapanpun kau tetap sahabat terbaik ku
        Oh iya,,maaf kalau aku belum sempat cerita mengenai pindah rumah
        Soalnya aku juga dadakan diberi tahu papa
        Dan dengan sisa waktu, aku memanfaatkan selembar kertas ini dengan
        Coretan tinta untukmu..
        Lebih aneh lagi sab, tante girang yang dulu, sekarang menjadi mama baruku
        Beliau sebenarnya baik dan ramah,
hanya kita salah menilai dari penampilannya
Belum ada satu minggu kita bertemu tapi udah berpisah..
Kapan-kapan aku berkunjung kerumahmu lagi..
Suatu saat nanti, itu pasti
Udah ya Sabrina sayang, seperti biasa sampaikan salamku kepada ibumu..
Dan ingatlah
Aku selalu ada untuk kamu 

                            From : Sahabat mu Alya



Ku lipat selembar surat sambil meneteskan air mata. walau hati lega dan tersenyum, aku masih tak bisa menahan air mataku, sungguh mulia sekali hati sahabatku. Tapi mengapa ya Tuhan, dia harus jauh dariku.
Setelah bel masuk berbunyi, aku masuk kelas dan  mengikuti pelajaran seperti biasa dengan teman-teman. Bercanda, tertawa, tersenyum adalah kegiatan sehari-hari yang kami lalui bersama.



~SELESAI~





Lanjutan :)

Cerahnya mentari pagi
Suara ayam berkokok
Embun yang membasahi kaca jendela dan dedaunan
Angin yang melewati setiap lorong ruang dirumah
Nafas yang ku hembus untuk setiap langkah hidupku

Waaawww...
Sudah jam 5 ternyata !!! Gubrak..
Kamu ngapain sih sab kok histeris amat kan masih pagi tu jangan grusah-grusuh deh gak baik kalau dilihat sama tetangga apa gak malu coba. Hei kita belum sholat subuh  mendingan ambil air wudlu terus sholat bareng, baru deh mandi dan siap-siap sekolah kan bisa lebih tenang. Bener juga sih al apa katamu lebih baik sekarang ayo kita bangun, sahut sabrina tersenyum lebar. Ketika mereka hendak sarapan terdengar suara klakson mobil didepan rumah Alya spertinya ia juga mengenali mobil itu dan ternyata benar pacar papanya sudah stand by didepan rumah dengan baju merah mudanya. Ah tante girang pagi sekali udah dateng kerumah mau ngapain lagi sih dia lagian papa kan mau nganter aku cari sekolah baru malah keduluan tante gila itu, bentak Alya kesal. Kamu itu ya pagi-pagi udah ngomel-ngomel sama orang lain kalau seandainya tante girang menjadi mama barumu gimana? Haha bercanda hloo yaa...sana siap-siap katanya mau cari sekolah baru, ucapku sok dewasa. Okedeh sahabatku tercinta aku pulang sampai nanti dan sampaikan salamku pada ibumu.
    Setelah Alya pulang dari rumah aku langsung cepat-cepat berangkat sekolah pasti pacarku nabil sudah menunggu lama dari tadi, langkah kaki ku percepat hingga nafas ngos-ngosan. Walau kita beda sekolah dia sekolah di SMA N 2 BANDUNG, dia tetap setia menemani hari ku yang banyak kegiatan sampai-sampai aku tak tega melihatnya. Dulu pernah sampai kehujanan basah kuyup gara-gara nungguin aku didepan sekolah waktu ada ekstra penuh deh, sebenarnya aku mau menemani didekatnya tapi itu tidak mungkinlah sempat juga dia ku suruh pulang dulu biar gak kehujanan tapi malah menolak perintahku dengan tegas otomatis aku kalah ya kalau begitu terserah dia saja mungkin bukti dari ketulusan cintanya. Aku sedih akhir-akhir ini kita jarang pulang bareng karena tugas sekolah dia banyak tugasku juga banyak disekolah maklumlah dia ikut OSIS aku ikut DP. Tapi gak papa juga sih lagian bisa maen kerumah terus bercanda bareng.

    Terik matahari menemaniku disetiap langkah sampai rumah. Huhhh haus sekali rasanya tenggorokan kering kerontang, lebey deh aku. Rumah sepi sekali tiada orang, ibu juga kemana ini  belum pulang biasanya pintu dikunci kalau pergi ini kok gak dikunci apa kelupaan ngunci pintu apa emang di sengaja. Entahlah aku malah bingung jadinya mending aku maen kerumah Alya saja dari pada dirumah sendirian bisa jadi ada hantu siang muncul, ih sereeeemmmm. Sesampai dirumah Alya aku terdiam melihat ayah Alya membaca koran sambil minum teh diteras rumahnya membuat ku ingat kepada almarhum ayah aku merenung andai saja ayah masih ada, ucapku pelan sambil meneteskan air mata. Sabrina kenapa menangis sayang? Tanya ayah Alya bijaksana. Mencari Alya apa mau mencari om nih kalau Alya belum pulang, katanya tadi main ditaman. Oh ya udah om kalau begitu aku nyusul saja ketaman. Langkah ku percepat ke taman dan dipertengahan jalan aku bertemu dengan ibu, ia malah menyuruhku pulang membawakan barang belanjaannya. Sesampainya ada sepeda didepan rumah,ternyata teman sekolahku pada main, si Wida, Hasna, dan Putri. Tumben kalian main kerumahku emangnya ada acara apa has? Tanyaku kepada hasna. Loh kita kan tadi sudah sepakat mau ngerjain tugas matematika dirumahmu masak sudah lupa sih sab. Oh iya untung kalian jadi kesini, yaudah ayo masuk kedalam ngerjain tugas sambil nonton film.
Di sebuah rumah sederhana, aku duduk di atas sofa. Tangan kananku memegang sebatang cokelat. Di tangan kiriku, aku memainkan sebuah permainan, di handphone kesayanganku.
“Wida, perasaan dari tadi  lo makan cokelat terus. Apa enggak takut gemuk?” tanya Putri, sambil duduk di sofa  yang terletak di samping kanan tempat dudukku
“Iya, gue heran deh sama Wida. Padahal kalau makan cokelat enggak tanggung-tanggung. Sekali makan bisa habis dua batang. Tapi kenapa badan lo enggak gemuk sih?” Hasna yang dari tadi sibuk ber-SMS-an dengan Alif, pacarnya, ikut melibatkan diri dalam obrolan kami.
“Jangan-jangan lo muntahin lagi, ya?” timpa Putri, sebelum Wida  menjawab pertanyaan dari mereka.
“Wah, jangan-jangan iya, nih. Lo bulemia ya?”
“Bulemia? Yang benar tuh, bulimia. Bukan bulemia. Makanya kalau punya kamus kedokteran itu dibuka-buka. Jangan disimpan aja,” ledek Putri, sambil tertawa terbahak-bahak.

Begitulah suasana di rumah jika kumpul bersama. Selalu ramai dengan canda tawa. Kata-kata yang Hasna dan Putri  lontarkan, terkadang memang dalam. Tapi memang begitulah mereka. Ceplas-ceplos.

Untuk menanggapi mereka yang seperti itu, aku dan Wida  harus menganggap bahwa kata-kata yang mereka lontarkan itu tidak serius. Mereka hanya bercanda. Kalau aku mengganggap serius kata-kata mereka. Dijamin, aku enggak akan betah main dengannya.
“Eh, tapi benar enggak sih, kalau lo bulimia?” Hasna masih penasaran.
“Ya, enggak lah. Ngapain juga gue harus muntahin makanan yang sudah gue makan. Kalau gue ngelakuin itu, bisa-bisa, dinding perut, usus, ginjal, gigi, semuanya rusak. Dan yang lebih parah, gue bisa meninggal karena kekurangan gizi. Mending gue meninggal karena dicium Nailul, dari pada gue meninggal karena kekurangan gizi,” aku yang sejak tadi bergeming, akhirnya menanggapi kata-kata mereka.
“Cieee... yang tadi pagi baru jadian. Omongannya enggak nahan.”  Setelah tugas selesai teman-teman pulang kerumah masing-masing, uh sepi lagi deh, bilangku dalam hati.

Tiba-tiba Alya datang kerumah

“Sabrina aku mau curhat!” Alya sahabatku yang sudah berdiri didepan pintu, padahal baru 10 menit teman sekolahku pergi gantian kamu yang dateng. Hehehe tapi ayolah masuk aku gak sabar nih denger ceitamu. Dikamar ku saja ya  curhatnya biar lebih tenang dan gak ketauan ibu. Sesampai dikamar, Alya langsung berbaring dikarpet yang berada tepat ditengah deretan lemari. Aku yang memang sudah lelah, ikut berbaring disampingnya.
“Sabrina lo tau enggak, tadi gue ketemu sama cowok cakep banget. Rambutnya ikal, matanya coklat, hidungnya mancung, didekat matanya ada tahi lalat, senyumnya manis. Pokoknya sempurna banget, gue suka sama dia”
“Ketemu dimana? Namanya siapa?” tanyaku antusias. Perasaan lelah itu hilang seketika, tergantikan oleh semangat yang baru. Karena baru kali ini  Alya menceritakan tentang perasaannya pada seorang pria. Baru kali ini dia jatuh cinta. Padahal usianya sudah hampir tujuh belas tahun.
“Gue ketemu dia waktu di taman. Namanya Nabil.”

Cerpen

“Sabrina, kalau setrika baju jangan sambil sms-an !!! ”, seru ibuku dengan penuh kesal.
“Iya ibu sayanggg....”, deruku dengan penuh rasa tak bersalah.
“kalau iya, ya sudah sms-annya dilanjutin nanti. Dibilangin beberapa kali sama ibu kok gak pernah didengerin”
“iya iya, aku denger kok, emangnya kenapa? ”
“kalau setrika sambil sms-an ya ya gak selesai-selesai to !!!”
“iya sih bu, tapi nanggung nih !! “
“kamu kalau dibilangin ada aja alasannya”
“hehe..namanya anak remaja”

***
Malam itu aku beranjak tidur, hp terus berdering seolah-olah memintaku untuk melihatnya siapa yang sms malam itu. Tetapi aku tak pedulikan siapa yang sms aku malam-malam. Karena bunyi dering handphone semakin keras ibu membuka sms-ku. Bruk... aku terbangun , jantungku berdetak begitu cepat aku takut jika sms itu dari pacarku. Eh,, ternyata dari nomor tak dikenal. Lega deh rasanya kalau ibu tidak mengetahuinya...
***
   
    subuh aku terbangan dan baru sadar, semalam nomor tak dikenal itu siapa ya??? Maksud dari sms-nya itu apa kok aku makin curiga, seperti diteror. Aku Semakin penasaran lalu ku teliti ajalah sms semalam yang belum sempat aku balas. Yeah, dugaanku benar, dia memang berniat menerorku dari kata-katanya kelihatan. Karena begitu penasarannya aku tidak berhenti berpikir. Setelah lama berpikir apa benar ya sipeneror itu temannya pacarku, soal smsnya itu tidak meyakinkan.
    “ah benar gak ya itu peneror temannya  pacarku??”  statusku dalam plurk.
    Dugaanku semakin menjadi,pasti sipeneror itu temannya pacaku, huhhh..punya niat apa sih!!!
Jam 07.00 wib aku berangkat sekolah, lumayan dekatlah jarak rumah ke sekolah kurang lebih 200 meter. Sebelum bel masuk aku sarapan dikantin, maklumlah ibuku gak pernah buatin sarapan. “Sab, maksud kamu tadi pagi bikin status diplurk tentang teror itu apa sih??” seru Wida penuh tanya. “ada masalah apa sih sab??” sahut teman-temannya.

Sebelum sabrina menjawab ...

Tettt..tettt..tettt..

Bunyi bel 3 kali menandakan sudah waktunya KBM dimulai. Aku duduk didepan meja guru dengan wida, temanku yang berwajah periang. Saat itu pelajaran Bahasa Indonesia, saat materi sedang diterangkan aku diam menatap horisontal penuh tanya.

“Paragraf ada 3......” kata bu Iin yang menerangkan materi dengan suara lantang. Tiba-tiba... derrr. Suara papan tulis yang digedok-gedok bu Iin sambil menatapku, aku langsung kaget dan tersentak.
“Sabrina jangan melamun !” ucap bu Iin melotot ke mataku.
“iya bu, maaf.”
“kalau sakit lebih baik tidak usah berangkat sekolah aja!! Daripada diterangkan malah tidak konsen”.
“tidak sakit kok bu, aku bisa konsen dengan materi bu Iin”
“Baiklah....”

Setelah bu Iin menegurku aku diam dan memperhatikannya. Satu jam pelajaran telah lalu, wida dengan suara berbisik menanyakan lagi tentang masalah statusku diplurk. Aku bercerita tentang  kejadian semalan diteror seseorang dan anehnya sipeneror itu menanyakan kabar dan menanyakan soal pacar.
“Mungkin dia pengen kenal lebih dekat denganmu” dengan bisikan wida pelan ditelingaku. Tapi apa mungkin ya? Kalau pengen jadi temen kan bisa dengan cara baik-baik gak kaya gini.aku kan jadi takut tau ndak !!! suara berisik terdengan dimejaku, bu Iin menegurku kedua kalinya. Untunglah sebelum selesai menegurku bel berbunyi.
Tettt..
Yeah, senang hatiku sambil tertawa.hahaha bunyi bel pergantian pelajaran. Antri berganti kaos olahraga diruang ganti diteruskan pemanasan dihalaman sekolah. Setengah pemanasan aku pingsan, padahal sebelumnya aku tak pernah pingsan, Cuma gara-gara pikiran yang penuh dan menumpuk semua yang ada dipikiranku down tubuh lemas taunya tepar deh !!! sampai 2jam aku baru sadar dan terbangun kuputuskan untuk pulang saja, lagian kalau dipaksakan ikut pelajaran tambah pusing berat deh rasanya.

Assalamu’alaikum...

“kok sepi ya? Ibu kan lagi libur kerja” pikirku dengan penuh rasa kesal.
 Ibu dengan langkah kaki cepat akan membuka pintu.
“lohh, kok sudah pulang sekolah sayang?” tanya ibu penuh penasaran.
Ceritanya panjang, intinya aku tadi pas olahraga pingsan lalu aku pulang dehh...aku tidur dulu ya bu nanti kalau ada temenku yang main kerumah bilang saja aku lagi sakit, tapi emang bener aku lagi sakit kepala pusing tingkat tinggi.
“iya terserah kamu saja...” jawab ibu sambil menghela nafas.
    Malamnya si peneror itu sms lagi dengan gaya bahasa berbeda dan tujuan jelas.
Message
From : 085729259XXX

    Assalamu’alaikum...
    Apa kabar sobat? Ini aku sahabat lamamu Alya.
Hmmm .. masih ingat kan???
Dulu waktu kecil kita sering maen boneka bareng,
Kangen ya masa-masa kecil kita. Oh iya sebelumnya aku minta mv
Soal kemaren malam kalau iseng ngerjain kamu.hehe....
Sebentar lagi aku punya kejutan nih buat kamu.
Di tunggu ya?????..bye


Cyarrrrrr....rr..suara pecahan gelas yang kujatuhkan dari tangan kananku.aku begitu kaget dan merasa tidak percaya kalau ternyata dugaanku salah besar ah bodohnya aku terlalu berfikiran negatif terhadap orang lain ehhh ternyata itu sahabat kecilku Alya yang sering menakut-nakutiku cacing waktu bermain.

Hmmm... ya Tuhan rasanya sungguh bahagia bisa berkomunikasi dengan teman lama. Tapi Alya kok bilang mau ngasih kejutan ya?? Jadi penasaran aku.

Saat makan malam ibu bertanya “kamu kok senyum-senyum sendiri, tadi kan habis pusing katanya mukamu redup seperti awan mendung”
Hehe, lagi seneng aja kok, Ibu inget Alya kan? Temen kecil dulu ? dia sms aku hlo tadi katanya mau ngasih kejutan buat aku tapi gak tau kapan ngasihnya...mungkin sebentar lagi deh,jadi gak sabar aku mendapat kejutan dari Alya kira-kira apa ya??

Ah kamu itu dari kecil kalau soal kejutan nomor satu terus tapi ngomong-ngomong Alya kok bisa tau nomor hp mu nak?

“Aku juga gak tau yang pasti bu, mungkin dari situs web-ku kali ya.”jawabku sambil makan nasi goreng.

    Pagi-pagi sekali terdengar suara begitu ramai di depan rumah dan aku berfikir kalau itu tetangga yang sedang kerja bakti kan waktu itu hari minggu pas ku buka tirai jendela ternyata bukan warga sedang kerja bakti melainkan ada tetangga baru. Brakkk... aku langsung terbangun membuka jendelakamarku.
“wow, tetangga baru nih!!!”
Aku keluar kamar langsung menuju ibu yang sedang masak didapur.

Tetangga baru kita asalnya dari mana sih bu? Tanyaku sambil menyisir rambut.

Belom tau ki nak  ibu belum menanyakannya soal asal rumahnya. Emang kenapa kok tanya-tanya? Tumben banget kamu tanya soal tetangga barubiasanya kan gak peduli.

Ya sekali sekali tanya to bu masak punya tetangga baru gak mudeng asal usulnya terus bisa di bilang gak etis. Hahaha...

 Kemudian kami tertawa

Suasana yang cerah membawa kegembiraan untuk menyelimuti hariku bersama ibu tercinta. Sejak ayah pergi kami tetap tersenyum kepada semesta atas segala kelimpahannya dan masih bersyukur apa yang diberikan oleh Tuhan. Ibu menyuruhku mandi agar lebih segar dan kelihatan anggun. Ah aku malas uda tau aku orangnya jarang  mandi pagi kalo hari libur masih aja disuruh mandi.

“Tidak mandi tidak ada sarapan” ibu bilang dengan senyum-senyum.

Okelah aku mandi dulu apa sih yang engak buat ibu, Hehe lebay deh aku. Sehabis mandi dan sarapan aku mengintip dari dalam rumah mengenai tetangga baru itu ternyata belum juga ada informasi lengkap  mendingan tinggal nonton tv aja lah mau ngapain juga gak ada yang ngajak main kok. Oh iya sms Alya aja deh biar ada temennya walau sekedar lewat sms yang penting rasa kangen terobati, Lebay deh aku...

Sebelum aku mengirim sms ke Alya

Tok..tok..tok..
Sabrina..Sabrina..
Tiba-tiba pintu rumah diketok dari luar dan menyebut namaku dua kali
Karena yang mengetok pintu menyebutkan namaku jadi aku segera membuka pintu.

Hay Sabrina
Haiiii A.L.Y.A . aku terkejut tanpa mengedipkan mata sedikitpun melihat Alya didepan wajahku melihatkan senyuman manisnya sampai beberapa menit hingga aku ikut tersenyum. Ternyata kejutan dari Alya adalah kehadirannya lagi menjadi sahabat dekat. “Masuk saja tidak usah sungkan-sungkan untuk duduk”, ucapku ingin segera cerita.
Setelah beberapa menit berdiri kita beranjak duduk di depan tv untuk bercerita, dia bilang mau tinggal di Bandung lagi sehabis mamanya meninggal satu minggu yang lalu. Aku sungguh sedih mendengar kabar buruk yang menimpa Alya. Tapi wajahnya sekarang tetap ceria seperti dulu tak pernah cemberut juga jarang sekali marah. Dan senangnya lagi kalau dia pindah satu sekolahan denganku di SMA N 1 Bandung yang sejuk  penuh nuansa indah dan bersahabat tapi dia mau gak ya.

Larut malam Alya main kerumah

Sabrina..sabrina..”suara Alya keras”
Aku bergegas membuka pintu dan ternyata Alya sudah didepan pintu. Loh, sudah larut malam kok boleh main keluar? Apa papamu nanti tidak marah kalau main malam-malam besok kan sudah masuk sekolah apa kamu belum berangkat ya atau belum cari sekolah baru terus ayahmu kemana? Tanyaku penuh rasa kuwatir.
Husstttt... gak enak cerita diluar deh kan udah malem,ucap alya judes.
Ya udah kekamarku aja ceritanya tapi kok mukamu gak enak kayak gitu to !! emangnya kenapa sih?

Enggak kok sab sebenarnya aku ingin menenangkan diri saja dari gangguan pacarnya papaku yang jutek dan nyeremin banget sampai-sampainaku gak betah dirumah malem orang waktunya tidur malah ada tante-tante girang dateng kerumah, sahut Alya sebel.
Oh begitu ya alasanmu malam-malam main kerumahku hanya untuk menenangkan diri. Hmmm.. tidur sini aja kan aku jadi ada temennya lagian kita sudah lama gak tidur bareng dikamarku. Hehehe...
Okelah sab malam ini aku tidur dikamarmu yang indah ini tapi besok pagi-pagi dibangunin ya soalnya aku mau cari sekolah baru, katanya sambil sms-an.

“andai saja kamu sekolah di SMA 1 BANDUNG” harapanku dalam hati.
“wooyy, tidur yuk, malah bengong??” Alya mengkagetiku saat diam.
“oh yayaya besok kan kamu cari sekolah baru ya apa sekolah ditempatku aja kan juga gak jelekan amat lagian kita bisa berangkat bareng pulang bareng kaya TK dulu masih inget kan”.
“yealah sab besok ku tanyakan dulu sama papa kalu setuju nanti aku kabari deh, udah malem tidur yuuk.

Kemudian kami tidur pulas sampai pagi datang